Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2008

Pegawai dan Pengusaha

SEBUAH artikel di harian Kompas, 32 tahun lalu, sangat menarik untuk disimak kembali. Artikel yang terbit pada 20 Oktober 1975 itu berjudul ”Pegawai Lebih Aman dari Pengusaha,” dan ditulis oleh R.J. Kaptin Adisumarta. Di sana, Adisumarta mengutip satu peribahasa Jerman: ”Arbeit adelt”. Artinya, bekerja itu menaikkan martabat kita. Kalimat itu belum selesai. Adisumarta menambahkan, ”…hampir semua pegawai tidak puas oleh jumlah gajinya, oleh karenanya hampir semua pegawai sibuk menjadi pengusaha kecil-kecilan atau bekerja sampingan untuk menambah sarana hidupnya.” Apa yang ditulis Adisumarta 30 tahun silam rasanya masih aktual hingga saat ini. Boleh jadi, kaum pegawai sekarang cenderung masih merasa lebih aman ketimbang kaum pengusaha. Sebab, kondisi ekonomi makro mutakhir memang bagaikan jet-coaster: penuh goncangan dan membuat jantung para pengusaha mudah dag-dig-dug. Tapi, benarkah menjadi pegawai saat ini terbilang lebih aman dibandingkan menjadi pengusaha? Belum tentu juga. Sekarang

Inventaris Ketrampilan dan Keahlian Demi Masa Depan

Inventaris Ketrampilan dan Keahlian Demi Masa Depan “Apa pekerjaan Anda?” demikian pertanyaan kenalan yang baru pertama kali saya jumpai di satu kesempatan. Biasanya, jawaban saya cukup “membingungkan”, bahkan ada satu sahabat baik saya yang sampai saat ini masih “sulit membayangkan apa sih tepatnya pekerjaan saya sehari-hari yang kelihatannya hampir tidak bekerja ini.” Di depan laptop HP saya, biasanya saya hanya kelihatan sedang membalas e-mail atau mengetik saja. Di ruang keluarga, kelihatan saya hanya membaca buku-buku ringan dan kadang-kadang cukup lucu. Di dapur, kelihatannya saya hanya memasak saja. Di muka televisi, kelihatannya saya manggut-manggut saja ketika Oprah maupun Anderson Cooper membawakan pandangan mereka. Di akhir pekan, kelihatannya saya hanya menginap di salah satu hotel berbintang untuk “duduk mendengarkan orang lain berbicara.” Di lain kesempatan, saya hanya kelihatan seperti ngobrol dengan rekan-rekan yang mendengarkan dengan seksama. Lantas, apa

Kekuatan Pikiran

KEKUATAN PIKIRAN Dikisahkan, ada seorang ibu yang sangat menyayangi putra tunggalnya. Karena rasa kuatir yang sangat, ditambah maraknya berita penculikan di media massa, si ibu pun memberi nasihat kepada putranya, "Nak, kalau matahari sudah tidak bersinar lagi, jangan keluar rumah ya. Karena saat gelap seperti itulah roh jahat mulai bermunculan. Ada yang disebut kuntilanak, genderuwo, dan lain-lain. Pokoknya mahkluk jelek, hitam, dan jahat. Maka belajar baik-baik di dalam rumah saja ya, terutama malam hari, oke?" sang anak, yang sedikit penakut, dengan senang hati mematuhi nasehat ibunya. Setelah beranjak remaja, si anak tumbuh menjadi pemuda cilik yang penakut dan pengecut. Seringkali, ketakutannya yang berlebihan itu terbawa-bawa dalam mimpi. Tidak jarang, ketika tidur ia tiba-tiba terbangun dengan berteriak histeris serta bersimbah peluh ketakutan. Kedua orangtuanya pun menjadi khawatir melihat perkembangan jiwa si anak. Berbagai nasehat bernada menghibur yang disampaika